Rabu, 28 November 2012

Review "The Boy In The Stripped Pyjamas"

Also known "The Boy In The Stripped Pajamas"



Sebenernya udah lama banget nonton film ini, tapi baru kepikiran bikin reviewnya sekarang. Film The Boy In The Stripped Pyjamas diadaptasi dari novel karya John Boyne yang juga berjudul sama. Ceritanya klasik, tapi 'ngena' banget. Pertama tau film ini pas lagi liat rekomendasi film di internet. Pertama penasaran karna ngliat covernya. Ada anak laki-laki pake piyama lagi duduk. Dikira ini 'film penyakitan', eh ternyata bukan ._. Gue baru nonton sekali, tapi pengen banget share ringkasannya :") 

Film ini bercerita tentang sebuah kritik tajam terhadap peristiwa holocaust yang menyebabkan jutaan orang Yahudi mati di kamp-kamp konsentrasi tentara Jerman di masa pemerintahan Adolf Hitler. Novelnya terjual lebih dari 5 juta copy di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa, termasuk Indonesia. Boyne menyampaikan kritiknya tidak dengan kemarahan tetapi justru dengan sebuah kisah yang sangat menyentuh siapa pun yang membacanya.

Cerita berlangsung di Jerman dengan waktu jaman Perang Dunia II. Pada waktu itu orang Jerman sangat benci kepada orang-orang Yahudi. Karena menganggap orang Yahudi dengan kecerdasannya menguasai perekonomian Jerman menjadi biang keladinya yang membuat Jerman kalah pada Perang Dunia II.
Perwira tentara Nazi punya anak namanya Bruno. Ia harus merasakan kekecewaan yang mendalam ketika orangtuanya memutuskan untuk pindah dari Berlin ke daerah pinggiran. Daerah dimana akhirnya ia bertemu dengan Shmuel, seorang anak dari sebuah “komplek tempat tinggal aneh dimana semua orangnya memakai piyama sepanjang hari”. Kedua anak ini akhirnya berteman akrab, walaupun dipisahkan oleh sebuah kawat listrik, prasangka dan propaganda yang telah memisahkan mereka.

Shmuel bisa saja membenci Bruno karena ia berasal dari Jerman, negara yang memporakporandakan tanah kelahirannya, Polandia. Begitu juga sebaliknya, Bruno bisa saja membenci Shmuel karna ia merupakan keturuna Yahudi yang jelas-jelas sangat dibenci negaranya. Nyatanya, hal tersebut tidak terjadi. Persahabatan mereka terus berlangsung hingga suatu hari........Bruno dan Shmuel pergi ke ruangan berisi gas beracun yang menjadi tempat pembasmian orang-orang Yahudi yang berada di kamp. Rencanaya mereka ingin mencari ayah Shmuel yang hilang (padahal sebenernya udah mati di 'tempat pembasmian') tapi takdir berkata lain, dan akhirnya...... *jreng jreng*


Sengaja ga mau nerusin sinopsisnya xD
Ga mau ngasih SPOILER~
Nonton sendiri! bwahahaha


Walaupun gue akuin filmnya terkesan berjalan lamban, namun perlahan-lahan akan berhasil mengena di hati. Khususnya di bagian akhir film ini, yang mungkin aja, bakal bikin lo terhenyak. Jujur aja, butuh beberapa detik buat gue ngenalin apa yang sebernya terjadi. Sampe film bener-bener selesai dan cuma yang ada cuman suara angin, gue masih diem di tempat tanpa gerak tanpa nafas sambil agak syok. Ending film yang berhasil bikin gue jadi kayak gitu -_-


Gue saranin lihat filmnya aja. Karena di film itu kita akan lebih terharu dan kasihan karena ceritanya dibawakan dengan sudut pandang anak-anak yang belum tahu apa-apa. Apalagi tentang kamp konsentrasi nya :" Pesan yang gue tangkep dari film itu: Peperangan memang melahirkan penderitaan, tapi tak bisa memutuskan persahabatan. 





Ini Kamp konsentrasi Auschwitz, saksi bisu kekejaman Nazi Jerman. 
Kini, lokasi tersebut jadi objek wisata. (Foto: isurvived.org)

The Boy in the Striped Pyjamas is a moving, heartwrenching movie that will quietly devastates you. 
Watch this one!


NB: Yang jadi bapaknya Bruno itu, Remus Lupin yang ada di Harry Potter XD

Kamis, 15 November 2012

Happy New Islamic Year!



السلام عليكم ....JUST WANNA SAY....


Happy new Islamic Hijri year 1434 for Muslims all over the world!! 
May this new year brings us all the goodness and happiness all year round. Ameeennn...